Selasa, 27 Januari 2009

PROPINSI BENGKULU

1. ARTI LOGO

Lambang Daerah Provinsi Bengkulu terdiri atas 3 (tiga) bagian yaitu : Berbentuk tameng. Ditengah-tengah terdapat tameng kecil yang di dalamnya berisikan setangkai padi dan setangkai kopi bersama daunnya. Sedangkan ditengah-tengahnya terdapat bunga Rafllesia, rudus, cerana dan bintang baser. Sebuah pita dengan bertuliskan : "BENGKULU".


Makna Warna di dalam Lambang sebagai berikut: Hijau : Kesuburan, Biru: Kemakmuran, Merah : Dinamika Kegembiraan, Ungu : Ketenangan kedamaian, Kuning : Kejayaan.


Warna hijau di atas tameng mencerminkan daerah pegunungan Bukit Barisan dengan tanahnya yang subur sebagai batas tanah daerah Provinsi Bengkulu sebelah Timur, warna biru berombak dengan 18 (delapan belas) gelombang berarti Laut dengan sumber kekayaan sebagai batas daerah Propnsi Bengkulu sebelah Barat.


Dalam tameng kecil terdapat Disebelah kiri setangkai padi yang berwarna kuning. Buah padi bercelah 17 (tujuh belas) butir melambangkan tanggal 17. Disebelah kanan terdapat setangkai bunga kopi berwarna putih dan buah kopi berwarna hijau, bunga kopi berwarna putih dan buah kopi berjumlah 8 (delapan) melambangkan bulan Agustus. Tulang daun kopi bagian atas berjumlah 4 (empat) garis. bagian bawah berjumlah 5 (lima) garis melambangkan tahun 1945, arti keseluruhannya HARI PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA ( 17 - 8 - 1945 ).


Garis gelombang 18 (delapan batas) melambangkan tanggal 18, Daun kopi berjumlah 11 (sebelas) helai melambangkan bulan November, Bunga kopi setiap tangkai berjumlah 6 (enam) dan buah kopi setiap tangkai berjumlah 8 (delapan).


Arti keseluruhannya adalah hari kelahiran Provinsi Bengkulu (18 November 1968).

Buah Padi dan Kopi mencerminkan hasil utama di bidang pertanian dan perkebunan.

Bunga raflesia Arnoldi sebagai suatu keistimewaan alam dearah Provinsi Bengkulu.

Bingkai berwarna emas yang mengitari Lambang melukiskan salah satu sumber mineral di daerah Provinsi Bengkulu.

Cerana melukiskan kebudayaan rakyat.

Rudus 2 (dua) buah melambangkan kepahlawanan.

Bintang besar dipertemuan ujung padi dan kopi melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. PROFIL

Nama Resmi :Provinsi Bengkulu
Ibukota :Bengkulu
Luas Wilayah :19.788,7 Km2
Jumlah Penduduk :1.636.595 Jiwa (Desember 2003)
Suku Bangsa:

Suku Rejang, Suku Serawai, Suku Melayu, Suku Mukomuko, Suku Ketahun, Suku lembak, Suku Enggano, Suku Pasemah, Suku pendatang dll.

Agama:Islam : 95,27 %, Kristen Protestaan : 3,59 %, Hindu : 0,73%, Budha : 0,41 %
Wilayah Administrasi:Kabupaten : 8, Kota : 1, Kecamatan : 60, Kelurahan dan Desa : 1.152.
Lagu Daerah:Lalan Balek
Website::

http://www.bengkulu.go.id


3. SEJARAH

Nama Bengkulu diambil dari kisah perang melawan orang Aceh yang datang hendak melamar Putri Gading Cempaka, yaitu Soak Ratu Agung Raja Sungai Serut Akan tetapi lamaran tersebut ditolak sehingga menimbulkan perang. Suku Soak Dalam, adalah saudara kandung Putri Gading Cempaka yang menggantikan Raja Sungai Serut, saat terjadi peperangan berteriak “Empang ka Hulu-Empang ka hulu”: yang artinya hadang mereka (orang Aceh) jangan biarkan mereka menginjakkkan kakinya ditanah kita . Dari kata tersebut lahirlah kata Bangkahulu atau Bengkulu, bangsa Inggris menyebutkannya dengan Bencoolen.

Wilayah Bengkulu telah didiami penduduk sejak zaman prasejarah, hal ini ditunjukan dengan ditemukannya prasasti dibagian utara Bengkulu, yaitu bangunan megalitik type dongson dibagian selatan Bengkulu.

Dalam sejarah Bengkulu terdapat kerajaan-kerajaan kecil yaitu : Selebar, Sungai Serut, Empat Petulai, Indra Pura dan beberapa kerajaan lainnya.

Kerajaan Selebar merupakan salah satu kerajaan di Bengkulu yang telah melakukan perdagangan ke luar negeri yang ditandai adanya perjanjian dengan Perusahaan Hindia Timur Inggris pada tanggal 12 Juli 1685. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa Raja Selebar memberikan hak kepada Inggris untuk membangun gudang dan benteng, hal ini merupakan salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Selebar.

Pada tahun 1712 Yoseph Collet diangkat menjadi Deputi Gubernur, ia meminta izin untuk menggantikan benteng York dan membangun sebuah benteng baru diatas karang, sebuah bukit kecil yang menghadap ke laut sekitar 2 Km dari benteng York. Pada tahun 1714 dimulailah pembangunannya dan selesai pada tahun 1718. Yoseph Colet menyebutnya benteng "Malborough" yang merupakan Duke Of Malborough pertama yang diangkat menjadi pahlawan nasional setelah ia memenangkan sejumlah pertempuran melawan Perancis dan musuh-musuh lainnya.

Pada masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles tahun 1818 – 1824 Bengkulu menjadi terkenal.

Pada Tahun 1825 Inggris yang menguasai Bengkulu melakukan tukar menukar dengan Belanda yang menguasai Malaysia dan Singapura. Belanda selanjutnya menempati benteng Malborough sampai perang dunia II yang pada akhirnya semua wilayah Sumatera diduduki tentara Jepang sampai Jepang menyerah kalah pada tahun 1945. Setelah kemerdekaan RI tahun 1945 benteng tersebut digunakan oleh TNI dan polisi sampai tahun 1970. Setelah kemerdekaan RI Bengkulu merupakan salah satu Keresidenan di Provinsi Sumatera Selatan, baru pada tahun 1968 Bengkulu terwujud menjadi Provinsi yang berdiri sendiri dan lepas dari Provinsi Sumatera Selatan.

4. NILAI BUDAYA

Kain bersurek, merupakan kain bertuliskan huruf Arab gundul.

Kepercayaan, pada umumnya masyarakat di Provinsi Bengkulu 95 % lebih menganut agama Islam.

Upacara Adat, banyak dilakukan masyarakat di Provinsi Bengkulu seperti, sunatan rasul, upacara adat perkawinan, upacara mencukur rambut anak yang baru lahir.

Upacara Adat

Salah satu upacara tradisional di Kota Bengkulu adalah upacara “TABOT" yaitu suatu perayaan tradisional yang dilaksanakan dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 10 Muharam setiap tahunnya untuk memperingati gugurnya Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad SAW oleh keluarga Yalid dari kaum Syiah, dalam perperangan di Karbala pada tahun 61 Hijriah.

Pada perayaan TABOT tersebut dilaksanakan berbagai pameran serta lomba ikan-ikan, telong-telong serta kesenian lainnya yang diikuti oleh kelompok-kelompok kesenian yang ada di Provinsi Bengkulu sehingga menjadikan ajang hiburan rakyat dan menjadi salah satu kalender wisata tahunan.

Falsafah hidup masyarakat setempat

Sekundang setungguan

Seio Sekato.

Bagi masyarakat Bengkulu pembuatan kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama yang sering kita dengar dengan bahasa pantun yaitu :

Kebukit Samo Mendaki, Kelurah Samo Menurun, Yang Berat Samo dipikul, Yang Ringan Samo Dijinjing, artinya dalam membangun, pekerjaan seberat apapun jika sama-sama dikerjakan akan terasa ringan juga.

Bulek Air Kek Pembuluh, Bulek Kata Rek Sepakat, artinya bersatunya air dengan bambu, bersatunya pendapat dengan musyawarah.


Baca Selengkapnya......

Senin, 26 Januari 2009

Nama-nama Rektor UII








1.
Prof. KH. Abdul Kahar Muzakkir (1945 - 1948; 1948 -1960)

Ketika dibuka untuk pertama kali dengan nama STI (8 Juli 1945) Rektor Magnificus yang dipilih adalah Prof. KH. Abdul Kahar Muzakkir.

Tokoh Islam yang pernah menjadi anggota Dokuritsu Zunby Tjoosakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) ini pula yang tetap dipertahankan ketika UII dihadirkan sebagai pengganti STI pada 4 Juni 1948. Beliau menduduki jabatan sebagai Rektor UII sampai tahun 1960.








2.
Prof. Mr. RHA. Kasmat Bahuwinangun (1960 - 1963)

Prof. RHA. Kasmat Bahuwinangun tampil menggantikan Prof. KH. Abdul Kahar Muzakkir sebagai rektor pada tahun 1960. Prof. Kasmat menduduki jabatan itu dalam waktu relatif pendek yakni hanya sekitar tiga tahun.

Tetapi, dalam kepemimpinannya yang pendek itu Prof. Kasmat telah berhasil membawa UII berkembang lebih maju dengan dibukanya Fakultas Syari'ah dan Tarbiyah, cabang UII di luar Yogyakarta, dan diperolehnya status bagi fakultas-fakultasnya.

Fakultas Syari'ah dan Tarbiyah dibuka pada tahun 1961 dan 1962 sebagai pengganti Fakultas Agama UII yang pada tahun 1950-an diambil alih oleh Departemen Agama. Prof. Mr. RHA. Kasmat Bahuwinangun mengakhiri jabatannya sebagai Rektor UII pada tahun 1963.








3.
Prof. Dr. Sardjito (1963 - 1970)

Prof. Dr. Sardjito tampil menggantikan Prof. Mr. RHA. Kasmat Bahuwinangun sebagai Rektor UII sejak tahun 1963. Mantan Rektor UGM yang namanya diabadikan sebagai mana rumah sakit terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (Rumah Sakit Sardjito) ini menjadi Rektor UII selama lebih kurang tujuh tahun. Dalam masa kepemimpinannya, status Disamakan untuk Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum UII diperoleh dari pemerintah.

Dalam masa kepemimpinannya pula, UII semakin melebarkan sayapnya dengan membuka fakultas-fakultas cabang UII di berbagai daerah di Indonesia, seperti: Surakarta, Madiun, Purwokerto, Gorontalo, Cirebon, Bangil, dan Klaten.

Pada periode ini dibuka Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran di lingkungan UII.








4.
H. GBPH Prabuningrat (1970-1973)

Prof. Dr. Sardjito wafat pada tahun 1973 ketika sedang menjabat Rektor UII. Kepergiannya yang tiba-tiba menyebabkan UII agak shock. UII kesulitan mencari figur lain yang siap menjadi rektor definitif pada masa itu.

Maka, jalan yang ditempuh adalah membentuk Presidium (Rektorium) UII yang terdiri atas H. GBPH Prabuningrat, Prof. Mr. RHA. Kasmat Bahuwinangun, dan Brigjen Sutarto. Presidium tersebut kendati hanya bertugas tidak lebih dari tiga tahun telah berhasil mengembangkan UII ke arah yang lebih maju.

Kampus UII di Jalan Cik Di Tiro 1 yang terkenal itu merupakan buah usaha Presidium yang berhasil menggali dana dari NOVIB di Nederland.








5. H. GBPH Prabuningrat (1973-1982)



Rektor definitif UII bisa dibentuk kembali setelah H GBPH Prabuningrat bersedia memangku jabatan tersebut pada tahun 1973. Prabuningrat terpilih sebagai rektor dalam tiga periode berturut-turut (yaitu 1973 - 1978, 1978 - 1981, dan 1982 - 1986). Tetapi periode yang ketiga hanya sempat dijalaninya tidak sampai satu tahun karena pada akhir tahun 1982 beliau wafat.

Sejak periode Prabuningrat inilah, dalam kepemimpinan di UII dikenal adanya Pembantu Rektor dan Sekretaris Rektor. Pada periode 1973 - 1978 H. GBPH Prabuningrat sebagai Rektor didampingi oleh Drs. Syaifullah Mahyudin, MA (Pembantu Rektor I), Ir. RHA. Syahirul Alim, M.Sc. (Pembantu Rektor II), dan Siswo Wiratmo, SH (Sekretaris Rektor).

Pada periode 1978 - 1981 H. GBPH Prabuningrat dibantu oleh Siswo Wiratmo, SH (Pembantu Rektor I), Ir. RHA. Sahirul Alim, M.Sc. (Pembantu Rektor II), dan Hifni Muchtar, L.Ph. (Pembantu Rektor III).

Sedangkan, pada periode 1982 - 1986 H. GBPH Prabuningrat dibantu oleh Prof. Dr. Ace Partadiredja (Pembantu Rektor I), Drs. H. Asy'ari Anwar (Pembantu Rektor II), Dahlan Thaib, SH (Pembantu Rektor III), dan Ir. RHA. Sahirul Alim, M.Sc. (Pembantu Rektor IV).

Selama periode-periode kepemimpinan Prabuningrat ini kemajuan UII lebih terlihat terutama pada pembangunan sarana fisik sehingga UII berhasil membangun gedung-gedungnya sendiri.

Dalam bidang akademik terlihat pula peningkatan status beberapa fakultas di lingkungan UII serta mulai digalakkannya pengangkatan dosen-dosen tetap. Pada masa Prabuningrat ini pulalah animo masyarakat untuk masuk UII memperlihatkan perkembangan yang sangat tajam.








6.
Prof. Dr. Ace Partadiredja (1982 - 1989)

Belum satu tahun menjabat Rektor untuk periode yang ketiga kalinya H. GBPH Prabuningrat meninggal dunia. Tepatnya beliau meninggal pada tanggal 31 Agustus 1982.

Sesuai dengan Statuta, Prof. Dr. Ace Partadiredja ditetapkan sebagai Pjs. Rektor yang selanjutnya dikukuhkan sebagai rektor definitif untuk periode 1983-1985. Pada periode 1983 - 1985 ini Prof. Dr. Ace Partadiredja didampingi oleh Drs. Soeroyo, MA (sebagai Pembantu Rektor I), Drs. H. Asy'ari Anwar (Pembantu Rektor II), Dahlan Thaib, SH (Pembantu Rektor III) dan Ir. RHA. Sahirul Alim, M.Sc. (Pembantu Rektor IV).

Kedudukan Drs. H. Asy'ari Anwar sebagai Pembantu Rektor II kemudian digantikan oleh Drs. Effendi Ari karena pada bulan Juni 1985 Drs. H. Asy'ari Anwar meninggal dunia.

Pada akhir tahun 1985 Prof. Dr. Ace Partadiredja ditetapkan kembali sebagai Rektor (dengan maksud) sampai akhir tahun 1986 dengan komposisi para pembantunya tetap seperti pada akhir periode 1985.

Tetapi pada bulan Desember 1986 Prof. Dr. Ace Partadiredja ditetapkan kembali menjadi Rektor untuk masa bakti 1987 - 1989. Untuk masa tugasnya yang terakhir ini Prof.Dr. Ace Partadiredja melakukan perubahan personal pada jabatan Pembantu Rektor I yang menampilkan Ir. KRT. Wisnukoro Hanotoprodjo menggantikan Drs. Soeroyo, MA.

Dengan demikian, susunan Rektoriat periode 1987 -1989 adalah Prof. Dr. Ace Partadiredja (Rektor), Ir.KRT. Wisnukoro Hanotoprodjo (Pembantu Rektor I), Drs. Effendi Ari (Pembantu Rektor II), dan Dahlan Thaib, SH (Pembantu Rektor III).

Pada bulan Juni 1989 H. Siswo Wiratmo, SH tampil sebagai Pj. Pembantu Rektor I menggantikan Ir. KRT. Wisnukoro Hanotoprodjo yang meninggal dunia ketika masa jabatannya belum habis.

Pada masa kepemimpinan Prof. Dr. Ace Partadiredja pembangunan/ pengembangan bidang akademik dilakukan seimbang dengan bidang sarana fisik. Pembangunan Kampus Antara dan rencana kampus terpadu secara lebih detail disertai dengan penggalakan pengiriman dosen-dosen tetap di lingkungan UII untuk mengikuti program studi lanjut (S2 dan S3) baik di dalam maupun di luar negeri.

Dapat dikatakan bahwa di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Ace Partadiredja program studi lanjut bagi dosen mulai mendapatkan porsi yang sangat memadai.








7.
Presidium Prof. H. Zaini Dahlan, MA (1989)

Sejak bulan Juni 1989 Prof. Dr. H. Ace Partadiredja sebenarnya sudah tidak dapat melaksanakan tugasnya secara efektif karena menjadi guru besar tamu di Universitas Nasional Singapura.

Tugas-tugasnya sebagai rektor sehari-hari dilakukan oleh pembantu rektor di bawah pimpinan Pjs. Pembantu Rektor I. Akhirnya, sejak pertengahan November 1989 Prof. Dr. H. Ace Partadiredja menyerahkan mandatnya sebagai rektor kepada Pengurus Harian Badan Wakaf UII karena tuntutan keadaan.

Berdasarkan penyerahan mandat itu, Senat Universitas dan Pengurus Harian Badan Wakaf UII menyepakati dibentuknya sebuah presidium yang bertugas menyelenggarakan tugas-tugas kerektoran di UII sampai akhir Desember 1989. Prof. H. Zaini Dahlan, MA ditampilkan sebagai Ketua Presidium dengan didampingi oleh dua orang anggota yaitu Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. dan Dr. Ahmad Syafi'i Ma'arif.

Pada akhir minggu ketiga bulan Desember 1989 Presidium tersebut berhasil menyelenggarakan pemilihan rektor definitif sesuai dengan statuta UII. Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti terpilih sebagai rektor UII periode 1990 - 1993.








8.
Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. (1990 - 1993)

Seperti telah dikemukakan di atas pada bulan Desember 1989 Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. terpilih menjadi Rektor UII periode 1990 - 1993.

Untuk mendampinginya dalam kepemimpinan di UII telah dipilih pula (melalui Sidang Senat Universitas) tiga orang pembantu rektor, yaitu Drs. Afan Gaffar, MA., Ph.D. (Pembantu Rektor I), Drs. H. A. Rasyid Baswedan, SU (Pembantu Rektor II), dan Drs. IN. Mufti Abu Yazid (Pembantu Rektor III).

Pembangunan bidang akademik tanpa mengesampingkan penataan bidang administrasi tampaknya menjadi titik berat program Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. Hal ini tampak dari semakin dimantapkannya penyelenggaraan program studi lanjut bagi dosen-dosen (karyasiswa), pemantapan kurikulum, perhatiannya pada rasio dosen-mahasiswa, dan sebagainya.








9.
Pjs. Rektor Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc. (Januari 1994)

Seharusnya masa jabatan Prof. Zanzawi Soejoeti sebagai rektor berakhir pada akhir Desember 1993 sehingga pada awal 1994 sudah tampil rektor baru. Tetapi pemilihan calon rektor pada pertengahan November 1993 tidak berhasil mendapatkan calon yang bersedia untuk menjabat rektor.

Maka, pada bulan Desember 1994 Sidang Dewan Pengurus Badan Wakaf mengangkat kembali Prof. Zanzawi untuk menjadi Pejabat Sementara Rektor terhitung tanggal 1-31 Januari 1994.

Pengangkatan Prof. Zanzawi sebagai Pjs. Rektor dikaitkan pula dengan rencana kunjungan Presiden Soeharto ke kampus UII yang bersedia hadir atas undangan Rektor dan Pengurus Badan Wakaf dalam rangka peringatan Setengah Abad UII (1364 H -1414 H/1945 M -1994M).

Dalam kedudukannya sebagai Pjs. Rektor itu,Prof.Zanzawi dibantu oleh tiga orang Yang Melaksanakan Tugas (YMT) Pembantu Rektor (Purek), yaitu YMT Purek I Dr. Moh. Mahfud MD, SH, SU; YMT Purek II Drs. Sunardji Daromi, MM; YMT Purek III Ir. H. Harsoyo, M.Sc.

Dengan sambutan yang sangat antusias dari warga UII dan seluruh masyarakat Yogyakarta, pada tanggal 15 Januari 1994 Presiden Soeharto dan Ibu Tien disertai oleh Mendikbud Wardiman Djojonegoro dan Menag Tarmizi Taher berkunjung ke kampus terpadu UII di Jl. Kaliurang Km. 14.

Dalam sambutannya Presiden Soeharto mengatakan bahwa adanya UII yang lahir 40 hari sebelum proklamasi kemerdekaan membuktikan bahwa para pejuang kemerdekaan dan pendiri republik ini telah memikirkan tentang pentingnya dunia pendidikan untuk mengisi kemerdekaan.

Kemerdekaan akan dapat dinikmati dengan baik jika disertai dengan pendidikan yang baik bagi masyarakat agar mereka dapat mengisi akan kemerdekaan itu dengan kemajuan-kemajuan. Selanjutnya, Presiden memuji juga keberhasilan UII dalam mengatur administrasi lembaganya kendati sekaligus bernaung di bawah dua departemen yaitu Depdikbud dan Depag.

Menurut Presiden, tidaklah mudah melakukan hal yang seperti ini. Dalam kesempatan itu, Presiden telah menulis pula pesan yang ditulis dengan tangan beliau sendiri yang berbunyi sebagai berikut:

"Hanya yang berilmu dan bijak akan berhasil dalam mengabdi dan berbakti. Di Universitas Islam Indonesia, Anda akan menemukan ilmu dan kebijakan. Paculah dirimu. "








10.
Prof. H. Zaini Dahlan, MA (1994 - 1998)

Sebagai pengganti Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc., akhirnya Prof. H. Zaini Dahlan, MA terpilih sebagai Rektor UII periode 1994 - 1998 melalui Rapat Senat Universitas dan telah terpilih pula tiga orang pembantu rektor, yaitu Dr. Moh. Mahfud MD, SH, SU (Pembantu Rektor I), Drs. Supardi, MM (Pembantu Rektor II), dan Ir. H. Harsoyo, M.Sc. (Pembantu Rektor III).

Pada periode ini telah dicanangkan dasar pengembangan program di bidang akademik dengan kombinasi program yang efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya.

Begitu pula, program keterbukaan dan ukhuwah Islamiyah di kalangan sivitas akademika mulai dikembangkan dan diharapkan dapat mengantisipasi konflik yang mungkin timbul.

Pengembangan akademik akan diarahkan pada pengembangan vertikal (pascasarjana dan diploma) serta pengembangan horizontal (Strata 1 Psikologi, MIPA, Teknik Industri dan sebagainya).








11.
Prof. H. Zaini Dahlan, MA (1998 - 2002)

Untuk yang kedua kali secara berurutan, Prof. H. Zaini Dahlan, MA terpilih sebagai Rektor UII periode 1998-2003 melalui Rapat Senat Universitas.

Masih konsisten dengan konsep tahun sebelumnya, Rektor bersama tiga pembantu rektornya (Dr. H. Moh. Mahfud MD, SH, SU, Pembantu Rektor I; Drs.H. Supardi, MM, Pembantu Rektor II; dan Ir. H. Muhammad Teguh, MSCE, Pembantu Rektor III), berupaya mengkonkritkan program pemanfaatan sumberdaya yang efektif dan efisien, di samping program keterbukaan dan ukhuwah Islamiyah di lingkungan UII.

Pengembangan akademik tetap diarahkan pada pengembangan vertikal (pascasarjana dan diploma) dan pengembangan horisontal (jurusan baru tingkat strata 1).












12.
Dr. Ir. Luthfi Hasan, MS. (2002 - 2006)

Sebagai pengganti Prof. H. Zaini Dahlan, MA akhirnya Dr. Ir. Luthfi Hasan, MS terpilih sebagai Rektor UII periode 2002 - 2006.
Pada periode ini, telah terpilih pula empat pembantu rektor, yaitu Dr. S F. Marbun, SH, M.Hum. (Pembantu Rektor I), Drs. Muqodim, MBA, Ak. (Pembantu Rektor II), Ir. Bachnas, M.Sc. (Pembantu Rektor III) dan Drs. M. Akhyar Adnan, MBA, Ph.D, Ak. (Pembantu Rektor IV).

















13.
Prof. Dr. Drs. Edy Suandi Hamid, M.Ec. (2006 - 2010)

Pada periode ini, akhirnya Prof. Dr. Drs. Edy Suandi Hamid, M.Ec. terpilih sebagai Rektor UII periode 2006 - 2010 melalui proses demokrasi yaitu proses pemilihan secara langsung dimana seluruh dosen dan pegawai tetap, perwakilan dari lembaga tingkat fakultas dan universitas serta perwakilan mahasiswa ikut terlibat dalam proses pemilihan ini.

Pada periode ini, telah terpilih tiga wakil rektor, yaitu Ir. Sarwidi, MSCE, Ph.D. (Wakil Rektor I), Dra. Neni Meidawati, M.Si.,Ak. (Wakil Rektor II), dan Ir. Sutarno, M.Sc. (Wakil Rektor III)



Baca Selengkapnya......

TAN MALAKA

Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka (lahir di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 – wafat di Jawa Timur, 21 Februari 1949 pada umur 51 tahun) adalah seorang aktivis pejuang nasionalis Indonesia, seorang pemimpin Komunis, dan politisi yang mendirikan Partai Murba. Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris. Dia kukuh mengkritik terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda maupun pemerintahan republik di bawah Soekarno pasca-revolusi kemerdekaan Indonesia. Walaupun berpandangan komunis, ia juga sering terlibat konflik dengan kepemimpinan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tan Malaka menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam pembuangan di luar Indonesia, dan secara tak henti-hentinya terancam dengan penahanan oleh penguasa Belanda dan sekutu-sekutu mereka. Walaupun secara jelas disingkirkan, Tan Malaka dapat memainkan peran intelektual penting dalam membangun jaringan gerakan komunis internasional untuk gerakan anti penjajahan di Asia Tenggara. Ia dinyatakan sebagai "Pahlawan revolusi nasional" melalui ketetapan parlemen dalam sebuah undang-undang tahun 1963. Tan Malaka juga seorang pendiri partai Murba, berasal dari Sarekat Islam (SI) Jakarta dan Semarang. Ia dibesarkan dalam suasana semangatnya gerakan modernis Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat. Tokoh ini diduga kuat sebagai orang di belakang peristiwa penculikan Sutan Sjahrir bulan Juni 1946 oleh "sekelompok orang tak dikenal" di Surakarta sebagai akibat perbedaan pandangan perjuangan dalam menghadapi Belanda.

Riwayat


Saat berumur 16 tahun, 1912, Tan Malaka dikirim ke Belanda.

Tahun 1919 ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai guru disebuah perkebunan di Deli. Ketimpangan sosial yang dilihatnya di lingkungan perkebunan, antara kaum buruh dan tuan tanah menimbulkan semangat radikal pada diri Tan Malaka muda.

Tahun 1921, ia pergi ke Semarang dan bertemu dengan Semaun dan mulai terjun ke kancah politik.

Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka diangkat sebagai pimpinan partai.

Januari 1922 ia ditangkap dan dibuang ke Kupang.

Pada Maret 1922 Tan Malaka diusir dari Indonesia dan mengembara ke Berlin, Moskow dan Belanda.

Perjuangan

Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Sarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya. Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggota SI untuk penciptaan kader-kader baru. Juga dengan alasan pertama: memberi banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan; ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum miskin. Untuk mendirikan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar. Perjuangan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh. Seperti dikatakan Tan Malaka pada pidatonya di depan para buruh “Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti menglami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner”. Pergulatan Tan Malaka dengan partai Komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Miskow diikuti oleh kaum komunis dunia. Dengan demikian tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI. Sebagai seorang pemimpin yang masih sangat muda ia meletakkan tanggung jawab yang sangat berat pada pundaknya. Tan Malaka dan sebagian kawan-kawannya memisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI, Sardjono-Alimin-Musso. Pemberontakan 1926 yang direkayasa dari Keputusan Prambanan yang berakibat bunuh diri bagi perjuangan nasional rakyat Indonesia melawan penjajah waktu itu. Pemberontakan 1926 hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di Indonesia. Maka dengan mudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapat mengakhirinya. Akibatnya ribuan pejuang politik ditangkap dan ditahan. Ada yang disiksa, ada yang dibunuh dan banyak yang dibuang ke Boven, Digoel, Irian Jaya. Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan dan membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka perjaungan nasional mendapat pukulan yang sangat berat dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selama bertahun-tahun. Tan Malaka yang berada di luar negeri pada waktu itu, berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Di ibu kota Thailand itu, bersama Soebakat dan Djamaluddin Tamin, Juni 1927 Tan Malaka memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun sebelumnya Tan Malaka telah menulis "Menuju Republik Indonesia". Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Hongkong, April 1925. Prof. Mohammmad Yamin, dalam karya tulisnya "Tan Malaka Bapak Republik Indonesia" memberi komentar: "Tak ubahnya daripada Jefferson Washington merancangkan Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina pecah…."

Madilog
Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme yang pokok dan pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama. Bagi Madilog ( Materialisme, Dialektika, Logika) yang pokok dan pertama adalah bukti, walau belum dapat diterangkan secara rasional dan logika tapi jika fakta sebagai landasan ilmu bukti itu ada secara konkrit, sekalipun ilmu pengetahuan secara rasional belum dapat menjelaskannya dan belum dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana. Semua karya Tan Malaka dan permasalahannya didasari oleh kondisi Indonesia. Terutama rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara serta kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalahnya. Cara tradisi nyata bangsa Indonesia dengan latar belakang sejarahnya bukanlah cara berpikir yang teoritis dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dia cetuskan sejak tahun 1925 lewat Naar de Republiek Indonesia. Jika membaca karya-karya Tan Malaka yang meliputi semua bidang kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran (Gerpolek-Gerilya-Politik dan Ekonomi, 1948), maka akan ditemukan benang putih keilmiahan dan ke-Indonesia-an serta benang merah kemandirian, sikap konsisten yang jelas dalam gagasan-gagasan serta perjuangannya.

Pahlawan

Peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, di dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa itu. Di luar, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi Republik Indonesia akibat Perjanjian Linggarjati 1947 dan renville1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi Sutan Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 Nopember 1948 di Yogyakarta. Pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya di tengah-tengah perjuangan bersama Gerilya Pembela Proklamasi di Pethok, Kediri, Jawa Timur. Tapi akhirnya misteri tersebut terungkap juga dari penuturan Harry A. Poeze, seorang Sejarawan Belanda yang menyebutkan bahwa Tan Malaka ditembak mati pada tanggal 21 Februari 1949 atas perintah Letda Soekotjo dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya. Direktur Penerbitan Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Karibia dan Asia Tenggara atau KITLV, Harry A Poeze kembali merilis hasil penelitiannya, bahwa Tan Malaka ditembak pasukan TNI di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri pada 21 Februari 1949. Namun berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Tan_Malaka

Baca Selengkapnya......

Pemimpin Yang Dihukum Mati












1. Zulkifar Ali Bhutto


Ia pernah menjabat sebagai Presiden dan Perdana Menteri Pakistan dan juga pendiri partai terbesar Pakistan People Party.Moto kampanyenya yang terkenal yaitu “makanan,pakaian dan rumah untuk semua”.Di awal kepemimpinannya tahun 1971 dengan memperkenalkan konsep Sosialis Islam ia mereformasi perundangan,nasionalisasi perindustrian, membagi lahan kepada para petani dan menangkap 2000 pegawai negeri yg korup.Namun kepemimipinannya ditentang sejumlah pihak, pada tahun 1973 terjadi pemberontakan di Balochistan dan ia memerintahkan angkatan bersenjata untuk menumpasnya, ia juga menahan 59 perwira dengan tuduhan maker.Krisis semakin menjadi pada tahun 1977, popularitasnya semakin menurun, ia melakukan KKN, pelanggaran HAM dan kebijakan Sosialis malah membuat perekonomian Pakistan terpuruk.Lawan politik bersatu untuk menjatuhkannya melalui Partai National Alliance tapi ternyata kalah telak dalam pemilu, kemenangan Bhutto adalah suatu rekayasa.Dalam situasi tak menentu Kepala Staf Angkatan Darat ,Jenderal M Zia-ul Haq mengambil tindakan dengan menahan Bhutto dan menetapkan darurat militer.Bhutto pernah dibebaskan dan kembali berkiprah dalam politik namun ia ditahan dengan dakwaan pembunuhan salah satu lawan politiknya.Maret 1978 Bhutto divonis mati, berbagai upaya banding dan seruan beberapa pemimpin dunia tidak berhasil menyelamatkannya dari tiang gantungan, 4 April 1979 Zulkifar Ali Bhutto digantung.Beberapa tahun kemudian putrinya Benazir menjadi Perdana Menteri (tewas ditembak pada Desember 2007)












2. Saddam Hussein


Saddam naik sebagai presiden Iraq pada tahun 1979, awalnya dia mencitrakan dirinya sebagai pemimpin yang berupaya memajukan rakyatnya.Menasionalisasi industri perminyakan dan bertekad memberantas buta huruf, dengan cara tak lazim yaitu memenjarakan bagi mereka yg tidak mengikuti program pendidikan tersebut. Pada masa itu iraq mempunyai sistem pemeliharaan kesehatan terbaik di Timur tengah bahkan mendapatkan penghargaan dari UNESCO.
Ketika Saddam menjadi presiden pada 1979 ia memerintahkan eksekusi bagi belasan pejabat yg dianggap menentangnya.Tahun 1980 ia memulai perang dengan Iran dengan alasan perebutan territorial namun tujuan sebenarnya bahwa ia khawatir dengan revolusi Iran yg dipelopori Ayatullah Khomeini. Perang yg diperkirakan singkat namun ternyata berlangsung selama 8 tahun dan pada saat inilah Saddam menggunakan senjata kimia untuk menghabisi tentara Iran dan pemberontak Kurdi. Untuk menjaga keamanan dalam negeri ia membentuk polisi rahasia ala Stalin dan mengendalikan Tentara rakyat untuk menghadapi kudeta dari angkatan bersenjata. Masih ada juga Departemen Intelijen Jendral (Mukhabarat) satuan yg paling ditakuti.Tak pandang bulu, dua menantunya dihabisi oleh satuan ini karena dianggap membelot.
Kenekatannya berlanjut pada 1990 saat Saddam menginvasi Kuwait dengan alasan yg sama yaitu territorial, Saddam menganggap bahwa Kuwait secara historis adalah bagian dari Iraq. Akibat kelakuannya ini dia dihajar oleh pasukan koalisi PBB dan terjadilah Perang Teluk. Pada tahun 2003 dengan alasan memiliki senjata kimia Iraq kembali diserang oleh AS. Ketika AS menduduki Iraq tahun 2003, Saddam dan kroninya menghilang hingga pada Desember 2003 dia tertangkap. Meski terlihat lusuh dan letih namun sorot matanya yg tajam dan garang tetap terpancar. Saddam dijatuhi hukuman mati atas dakwaan pembunuhan 148 warga Syiah pada tahun 1982.












3. Nicolae Ceausescu


Sampai menjelang kematiannya Ceausescu memegang jabatan sebagai Kepala Negara dan kepemerintahan, Ketua partai Komunis Rumania, Ketua Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial, Ketua Front Demokrasi Sosialis serta Kepala Angkatan Bersenjata. Awal pertengahan 1960, Ceausescu membuat kebijakn untuk menambah populasi penduduk Rumania denga cara melarang kontrasepsi dan pendidikan seks, pasangan yg tidak mempunyai anak akan dikenai pajak yg tinggi. Ceausescu juga mengatur Dewan Keamanan dalam Negeri agar para agennya dapat bebas menahan, menginterogasi dan menyiksa setiap orang yg dianggap menentang. Dia juga sangat membatasi dan mengontrol media bahkan warga tidak boleh mempunyai mesin tik tanpa ijin.
Ceausescu juga menempatkan putranya, istri dan saudara-saudaranya dalam posisi strategis dalam pemerintahan. Pada akhir 80-an Rumania mengalami krisis ekonomi akibat kebijakan-kebijakan yg kacau, hutang mencapai 10 milliar US, lalu ia menerapkan kebijakan pengetatan, hampir semua produksi Rumania di ekspor termasuk bahan makanan, bbm dan berbagai kebutuhan dasar. Rakyat kelaparan hampir 15 ribu warga meninggal setiap tahun karena kebijakan ini. Desember 1988 rakyat mulai berdemo dan dijawab oleh Ceausescu di kota Timisoara dengan tembakan, 4000 orang tewas.
Angkatan bersenjata mulai memihak rakyat, menyadari keadaan genting Ceausescu dan isrtrinya kabur dengan helikopter setelah sempat menembak mati Menteri Pertahananya, Jenderal Vasile Milea yg menolak untuk menembak rakyat/demonstran. Akhirya Ceausescu ditangkap bersama isterinya, mereka diadili dan divonis mati. Keduanya ditembak di kepala dengan salah satu senapan paling legendaris di dunia yaitu AK-47.”Pergilah ke Neraka,” adalah ucapan terakhir istri Ceausescu pada para eksekutor.












4. Muhammad Najibullah


Sebelum dia mati najibbulah adalah seorang Presiden Republik Komunis Demokratik Afganistan saat pendudukan Uni Sovyet.Najibullah juga mengepalai KHAD,yaitu suatu dinas polisi rahasia mereka menahan dan menyiksa serta mengeksekusi puluhan ribu warga Afganistan, dari para saksi mengatakan bahwa Najibullah turun tangan sendiri dalam interogasi dan penyiksaan. 1986 Najibullah diangkat menjadi Sekjen People’s Democratic Party of Afganistan. Dia juga mengendalikan polisi rahasia dan militer. Selama pemerintahannya, Najibullah yg merupakan boneka Uni Sovyet terus digempur gerilyawan Mujahidin. Perang saudara memaksa Najibullah turun jabatan pada April 1992,mulai saat itu ia terpaksa bersembunyi di kantor PBB. Tahun 1994 pemerintahan Afganistan mulai terdesak oleh Taliban dan pada September 1996 Ibukota Kabul jatuh, pasukan Taliban masuk ke komplek PBB dan menyeret Najibullah dan saudaranya keluar, keduanya diikat, disiksa dan dibawa ke istana untuk ditembak, belum puas dengan menembak, mayat mereka pun diseret dengan mobil dan akhirnya digantung selama dua hari. Mayat itu dijejali uang di kantongnya dan diselipkan cerutu pada jari-jarinya, sebagai sindiran kehidupannya yg penuh kemewahan dan korupsi












5. Benito Mussolini


Tahun 1922 dia diangkat oleh Raja Viktor Emanulle III sebagai Perdana Menteri pada usia 39 tahun. Kemudian dia mulai mencabut semua undang-undang yg dinilai membatasi kekuasaanya, 1925 Mussolini mengubah statusnya menjadi Kepala Pemerintahan dari sebelumnya Perdana Menteri dan tidak lagi bertanggung jawab pada parlemen, hanya raja yg bisa menurunkannya. Mussolini juga mengambil alih dan mengepalai tujuh bidang kementrian. Mussolini juga mengepalai Partai Fasis dan milisi fasis local yaitu MVSN atau Blackshirts yg kerap meneror warga dan juga membentuk satuan polisi rahasia OVRA. Untuk mengatasi krisis ekonomi membuat kebijakan “emas bagi negeri” dengan cara meminta secara “suka rela” pada rakyatnya. Sebagai mantan jurnalis dia tahu bahwa media sangat efektif untuk melancarkan pemerintahannya maka dia menggunakan media sebagai propaganda Fasisme menggantikan Liberalisme dan Demokrasi. Oktober 1935 dia menaklukan Eithopia dengan serangan udara dan senjata kimia. Dia juga mengeksekusi 30 ribu penduduk Eithopia yg diduga melawan seorang gubernur colonial. Mussolini juga menyerang Mesir pada 1940. Tahun 1942,Jerman dan Itali kalah dengan pasukan sekutu di Afrika, 275 ribu pasukan menyerah dan sekutu mulai masuk Itali. Juli 1943 Mussolini diasingkan di pegunungan Abruzzi tapi pasukan komando Jerman membebaskannya. Atas saran Hitler, Mussolini membentuk pemerintahan Fasis baru, namun seiring kekalahan Jerman atas sekutu, Mussolini lari ke Swiss tapi tertangkap. 27 April 1945 Mussolini ditembak bersama pacar gelapnya Clara Petacci. Mayat mereka dipamerkan di kota Milan dan digantung terbalik. Masyarakat menonton dengan suka cita, melempari dan meludahi mayat Benito Mussolini.












6. Hideki Tojo


Seorang jendral dan perdana menteri jepang pada era PD II dianggap bertanggung jawab atas hilangnya 8 juta nyawa manusia di berbagai Negara, termasuk Indonesia. Hideki Tojo memiliki kegilaan yg sama dengan Adolf Hitler yaitu menganggap ras Jepang yg paling superior. Namun setelah Jepang menyerah, Jendral MacArthur memerintahkan untuk menangkap para penjahat perang termasuk Hideki Tojo,saat ditangkap Tojo pada 8 September 1945 di rumahnya, Tojo ternyata dalam keadaan sekarat karena percobaan bunuh diri yg gagal dengan cara menembakkan pistol ke jantungnya namun meleset.Setelah sembuh dia dihadapkan ke Mahkamah International dan divonis mati dan dihukum gantung pada Desember 1948. Tapi sebelum dia digantung Tojo sempat minta maaf atas semua kejahatan perang yg dilakukan oleh bangsa Jepang. Banyak pendapat mengatakan bahwa Hideki Tojo dikorbankan agar sang Kaisar Hirohito bebas tanggung jawab atas kekejaman jepang pada PD II.


Baca Selengkapnya......

Rabu, 21 Januari 2009

Nama - nama Presiden Republik Indonesia

1. Soekarno

a. Mulai menjabat 18 Agustus 1945 sampai 19 Desember 1948 dari PNI
Wakil Presiden Mohammad Hatta
(Menjabat pada periode 1)




1.a. Syafruddin Prawiranegara (Ketua PDRI)

Mulai menjabat 19 Desember 1948 sampai 13 Juli 1949 dari nonpartisan
(Menjabat pada periose 1)
PDRI dibentuk setelah ibukota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda akibat agresi militer. Pembentukan PDRI sendiri sebenarnya memang diamanatkan dalam telegram yang dikirimkan oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta kepada Syafruddin, walaupun telegram itu tidak pernah sampai ke tangannya.

b. Soekarno
Mulai menjabat 13 Juli 1949 sampai 27 Desember 1949 dari PNI
Wakil Presiden Mohammad Hatta
(Menjabat pada periode 1)

c. Soekarno (Presiden RIS)
Mulai menjabat 27 Desember 1949 sampai 15 Agustus 1950 dari PNI

1.c. Assaat (pemangku sementara jabatan Presiden RI)
Mulai menjabat 27 Desember 1949 sampai 15 Agustus 1950 dari non partisan

Berdasarkan hasil konferensi meja bundar, Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat(RIS) di mana Republik Indonesia merupakan salah satu negara bagiannya. Karena Soekarno dan Hatta diangkat menjadi Presiden dan Perdana Menteri RIS, maka Assaat diangkat sebagai "Pemangku Sementara Jabatan Presiden Republik Indonesia". Jabatan ini berakhir ketika RIS kembali ke bentuk negara kesatuan (Republik Indonesia).
(Menjabat pada periode 1)

d. Soekarno
Mulai menjabat 15 Agustus 1950 sampai 1 Desember 1956 dari PNI
Wakil Presiden Mohammad Hatta
(Menjabat pada periode 1)

e. Soekarno
Mulai menjabat 1 Desember 1956 sampai 22 Februari 1967
(Menjabat pada periode 1)


2. Soeharto

a. Mulai menjabat 22 Februari 1967 sampai 27 Maret 1968 (Pejabat Presiden)
Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 tentang "Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Sukarno" dikeluarkan pada tanggal 27 Maret 1967 , tetapi berlaku surut sejak 22 Februari 1967.

b. Mulai menjabat 27 Maret 1968 sampai 24 Maret 1973
(Menjabat pada periode 2 )

c. Mulai menjabat 24 Maret 1973 sampai 23 Maret 1978
Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono IX
(Menjabat pada periode 3)

d. Mulai Menjabat 23 Maret 1978 sampai 11 Maret 1983
Wakil Presiden Adam Malik
(Menjabat pada periode 4)

e. Mulai Menjabat 11 Maret 1983 sampai 11 Maret 1988
Wakil Presiden Umar Wirahidikusumah
(Menjabat pada periode 5)

f. Mulai menjabat 11 Maret 1988 sampai 11 Maret 1993
Wakil Presiden Soedharmono
(Menjabat pada periode 6)

g. Mulai menjabat 11 Maret 1993 sampai 10 Maret 1998
Wakil Presiden Try Sutrisno
(Menjabat pada periode 7)

h. Mulai menjabat 10 Maret 1998 sampai 21 Mei 1998
Wakil Presiden Baharuddin Jusuf Habibie
(Menjabat periode 8)
Dari Partai Golkar

3. Baharuddin Jusuf Habibie

Mulai menjabat 21 Mei 1998 sampai 20 Oktober 1999 dari Golkar
Wakil Presiden kosong
(Menjabat pada periode 8)



4. Abdurrahman Wahid

Mulai menjabat 20 Oktober 1999 sampai 23 Juli 2001 Dari PKB
Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri
(Menjabat pada periode 9)



5. Megawati Soekarnoputri

Mulai menjabat 23 Juli 2001 sampai 20 Oktober 2004 dari PDI Perjuangan
Wakil Presiden Hamzah Haz
(Menjabat pada periode 9)




6. Susilo Bambang Yudhoyono

Mulai menjabat 20 Oktober 2004 sampai sekarang dari Partai Demokrat
Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla
(Menjabat pada periode 10)

Baca Selengkapnya......